SANTRI
SANTRI
Santri dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti orang yg mendalami agama Islam,
orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh (orang yg saleh), Orang yang
mendalami pengajiannya dalam agama islam dengan berguru ketempat yang jauh
seperti pesantren dan lain sebagainya. Menurut beberapa ulama, kata santri (سنتري) dalam bahasa Arab, terdiri dari 5 huruf,
yakni sin, nun, ta’, ro’, dan ya’. “Pertama, seorang santri harus menjadi
saafiqul khoir atau pelopor kebaikan, di manapun ia berada,” tukas dia.
Kemudian penjabaran dari huruf nun, naasibul ulama (penerus ulama). Santri
merupakan para kader, calon yang kelak diharapkan akan menjadi penerus para ulama.
“Ketiga huruf ta’, yaitu taarikul ma’ashi (meninggalkan maksiat),” tuturnya.
Sedangkan huruf ro’ dan ya’ dijabarkan sebagai syarat yang mesti dimiliki para
santri, yaitu Ridho Allah dan sifat yaqin. Kelima hal inilah, yang mesti
menjadi karakter dan syarat yang dimiliki para santri agar bisa berhasil dalam
kehidupannya di dunia maupun akhirat.
Di Indonesia
santri sangat diistimewakan, karena ada satu hari dalam setahun pemerintah
memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada para santri dengan
istilah peringatan Hari Santri Nasional. Hari Santri Nasional (HSN) jatuh pada
tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini, ditetapkan oleh Presiden
Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta. Sejarah
ini awal mulanya adalah ketika Bpk Joko Widodo kampanye ke Malang tepatnya di
Pondok Pesantren Babussalam Banjarejo Pagelaran Malang, beliau menandatangani
Kontrak Politik dengan Pengasuh PP. Babussalam yakni KH. THORIQ BIN ZIYAD
sapaan Akrabnya Gus Thoriq. Pada penandatanganan kontrak politik sumpah
tersebut awal mulanya yakni akan ditetapkan 1 Muharram. Penetapan Hari Santri
Nasional dimaksudkan untuk mengingat dan meneladani semangat jihad para santri
merebut serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang digelorakan para ulama.
Tanggal 22 Oktober merujuk pada satu peristiwa bersejarah yakni seruan yang
dibacakan oleh Pahlawan Nasional KH. Hasjim Asy'ari pada 22 Oktober 1945.
Seruan ini berisikan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan
tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia
pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Sekutu ini maksudnya adalah Inggris sebagai
pemenang Perang Dunia II untuk mengambil alih tanah jajahan Jepang. Di belakang
tentara Inggris, rupanya ada pasukan Belanda yang ikut membonceng.
Sejarah Hari
Santri Nasional tidak hanya merujuk pada komunitas tertentu, tetapi merujuk
mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan napas
kehidupannya terpancar kalimat La ilaaha illa Allah. 22 Oktober 1945 dianggap
sebagai resolusi jihad di mana santri dan ulama bersatu serta berkorban untuk
mempertahankan Indonesia. Saat itu Hasyim Asy’ari yang menjabat sebagai Rais
Akbar Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) menetapkan resolusi jihad melawan
pasukan kolonial di Surabaya, Jawa Timur. Dan kondisi tersebut terlihat pada 21
dan 22 Oktober 1945 di saat pengurus NU Jawa dan Madura menggelar pertemuan di
Surabaya.
Pertemuan
tersebut dilakukan untuk menyatakan sikap setelah mendengar tentara Belanda
berupaya kembali menguasai Indonesia dengan membonceng sekutu. Lewat Resolusi
Jihad, kaum santri memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia
agar menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata terhadap usaha-usaha yang
akan membahayakan kemerdekaan, agama dan Indonesia, terutama terhadap pihak
Belanda dan kaki-tangannya. Bagi NU, baik Belanda maupun Jepang telah berbuat
kezaliman di Indonesia dan resolusi ini membawa pengaruh yang besar. Bahkan,
ada dampak besar setelah Hasyim Asy'ari menyerukan resolusi ini.
Hal ini
kemudian membuat rakyat dan santri melakukan perlawanan sengit dalam
pertempuran di Surabaya. Banyak santri dan massa yang aktif terlibat dalam
pertempuran ini. Perlawanan rakyat dan kalangan santri ini kemudian membuat
semangat pemuda Surabaya dan Bung Tomo turut terbakar. Hingga akhirnya
perjuangan tersebut menewaskan pemimpin Sekutu Brigadir Jenderal Aulbertin
Walter Sothern Mallaby. Mallaby tewas dalam pertempuran yang berlangsung pada
27-29 Oktober 1945. Hal inilah yang memicu pertempuran 10 November 1945.
Aspek lain
yang melatarbelakangi penetapan HSN ini adalah pengakuan resmi pemerintah
Republik Indonesia atas peran besar umat Islam dalam berjuang merebut dan
mempertahankan kemerdekaan serta menjaga NKRI. Ini sekaligus merevisi beberapa catatan
sejarah nasional, terutama yang ditulis pada masa Orde Baru, yang hampir tidak
pernah menyebut peran ulama dan kaum santri.
0 Response to "SANTRI"
Post a Comment