SAYYIDAH AISYAH R.A

 


SAYYIDAH AISYAH ISTRI ROSULULLAH SAW

Aisyah lahir di Mekah pada bulan syawal tahun ke-9 sebelum hijrah. Bertepatan pada bulan juli tahun 614 M, akhir tahun ke-5 setelah Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul. Aisyah r.a merupakan istri ketiga Nabi Muhammad Saw. Dia merupakan anak dari seorang ayah yang mulia yaitu Abu Bakar As-Sidiq yang menjadi sahabat yang sangat dicintai Nabi Muhammad Saw. Ibunya bernama Ummu Ruman. Nama lengkapnya Aisyah binti Abu Bakar As-Siddiq bin abu Quhafah uthman bin amir bin amr biin ka’ab bin sa’d bin tayim bin murrah bin ka’b , itu ketika dari jalur ayahnya. Sedangkan ketika dilihat dari jalur ibunya yaitu Aisyah binti Ummu Ruman binti Umair bin dahman bin Al-Harith bin Ghanim bin malik bin kinanah. Jika dilihat dari nasab, Aisyah berasal dari keturunan yang mulia, sebab garis keturunannya bertemu dengan garis keturunan Nabi Muhammad Saw, yaitu pada kakek ke tujuh Murrah bin ka’b. Sedangkan dari ibunya ummu Ruman nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada kakeknya yang kesebelas.

Aisyah berasal dari suku arab yang terpandang Quraisy (Bani Tayim dari Ayahnya Abu Bakar dan Bani Kinanah dari ibunya Ummu Ruman). Bani tayim merupakan keluarga besar suku Quraisy yang terkenal berani membela kehormatan diri dan mengedepankan kedermawanan, dan juga suka menolong antar sesama. Maka tidak heran jika sejarah mencatat kelembutan, keberanian, ketegasan, kedermawanan, dan kesabaran dari seirang Aisyah binti Abu Bakar ini. Dia adalah seorang perempuan yang cerdas dan berwibawa yang sangat dicintai oleh suaminya yaitu Rasulullah Saw dan menjadi teladan bagi seluruh perempuan Muslimah di dunia.

Nabi Muhammad Saw menikahi Aisyah 3 tahun setelah wafatnya Sayyidah Khadijah salah satu istri tercinta Rasul juga, saat itu Aisyah masih berumur 6 tahun. Kemudian hidup dalam serumah saat ia berusia 9 tahun. Pernikahan Aisyah dan Rasulullah dilaksanakan atas dasar perintah langsung dari Allah Swt yang diwahyukan melalui mimpi. Hal ini dapat diketahui Aisyah saat Rasulullah Saw pernah bersabda kepadanya. “Aku pernah melihat engkau dalam mimpiku tiga hari berturut-turut (sebelum aku menikahimu). Ada seorang malaikat yang dating kepadaku dan membawa gambarmu yang ditutup dengan secarik kain sutera. Malaikat itu berkata: ini adalah istrimu. Aku pun lalu membuka kain yang menutupi wajahmu. Ternyata perempuan itu adalah engkau (Aisyah). Aku lalu bersabda: jika mimpi ini benar dari Allah Swt, kelak pasti akan menjadi kenyataan.”

Aisyah tinggal bersama Rasulullah SAW di sebuah kamar di komplek Masjid Nabawi, yang terbuat dari batu bata, dengan atap pelepah kurma dan alas tidurnya kulit hewan yang diisi rumput kering. Sedangkan alas duduknya berupa tikar dan tirai kamarnya terbuat dari bulu hewan. Walaupun demikian, rumah sederhana ini sama sekali tidak mengurangi kesucian dan kemuliaan Aisyah. Bahkan suatu ketika, saat kaum Muslimin telah menguasai banyak wilayah dan memiliki harta kekayaan yang melimpah, Aisyah pernah diberi hadiah uang seratus ribu dirham. Aisyah tidak serta merta menyimpan atau membelanjakan uang tersebut. Akan tetapi, Aisyah langsung membaagikan semuanya kepada orang-orang, sampai tak tersisan sekeping pun , meskipun dia pada waktu itu sedang berpuasa tanpa makanan apapun dirumahnya. Lalu salah seorang pelayan berkata: Alangkah baiknya kalau engkau membeli sekerta daging meskipun satu dirham saja untuk berbuka puasa!” Ia kemudian menjawab: “ Seandainya engkau mengatakan hal itu dari tadi, niscaa aku melakukannya.

Kecerdasan dan Kapasitas keilmuan Aisyah ra.

'Āisyah ra adalah seorang wanita cerdas yang merupakan sahabat Nabi. Setiap kali dia menemani Nabi, dia selalu bertanya tentang hal-hal yang dia tidak mengerti. Ia memiliki daya ingat yang sangat tajam, termasuk mengingat setiap jawaban Nabi atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan umatnya. Maka, setelah Nabi wafat, 'isyah menyebarkan ilmunya dan mengajarkannya kepada umat melalui "Madrasah 'Āisyah", sebagaimana yang ia pelajari semasa hidup Nabi. Beberapa ulama ilmu terdahulu bersaksi tentang tingginya ilmu 'Āisyah ra.:

1.      Imam az-Zuhri berkata: “Jika ilmu 'ishah dikumpulkan dengan ilmu seluruh Ummahāt al-Mu'minīn, dan pengetahuan semua wanita, pasti ilmu 'ishah akan lebih unggul (lebih tinggi). "15

2.      Ibnu Katsir menyatakan bahwa ia tidak pernah menemukan orang seperti 'Āishah dalam daya ingat, kapasitas ilmiah, kefasihan, dan kecerdasan akal.

3.      'Urwah bin Zubayr juga mengakui keunggulan ilmu 'Āishah, dari riwayat putranya Hisyam: "Belum pernah aku melihat seseorang yang lebih ahli dalam ilmu fiqih (agama), kedokteran dan puisi daripada 'Āishah .”17 Selain kesaksiannya tadi, dari riwayat putranya Hisyam, 'Urwah juga berkata: hal-hal yang wajib, halal dan haram, puisi, cerita Arab dan nasab (silsilah) selain Aisyah.

4.      Kesaksian Masrūq tentang ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dalam hal farai, yang terungkap dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Darda darinya berkata, "Saya melihat para syekh dari kalangan sahabat Nabi bertanya kepada Aisyah tentang farā'iḍ ( warisan).

Masih banyak lagi kesaksian dari beberapa pakar keilmuan lain yang mengagumi kecerdasan dan kredibilitas 'Āishah ra. Allah swt telah memberikan berkah berupa kecerdasan yang luar biasa, pemahaman yang gesit dan hafalan yang kuat. Maka tidak heran jika peran 'Āishah tidak hanya dalam mentransmisikan dan memahami hadits, 'ishah juga berperan dalam mengajarkan masyarakat tentang Tafsir dan asbāb AL-NUZūl, Fiqh, ilmu Farā'iḍ, bahkan kedokteran dan sastra. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa ilmu yang telah dikuasainya:

1.      Ilmu Tafsir

2.      Ilmu Hadits

3.      Ilmu Fiqih

4.      Ilmu Kedokteran

5.      Ilmu Sastra

KEUTAMAAN DAN KELEBIHAN SAYYIDAH AISYAH

Āishah ra adalah satu-satunya gadis yang dinikahi Rasulullah saw. Pada dirinya terdapat banyak sekali keutamaan, keistimewaan dan kelebihan yang dapat disebutkan dalam poin berikut:

1)      Keutamaan ‘Āishah ra atas lainnya digambarkan oleh Rasulullah dalam sebuah perumpamaan melalui riwayat al-Bukhārī dan Muslim, beliau bersabda: ”Keutamaan ‘Āishah atas wanita yang lainnya bagaikan keutamaan tharīd (roti yang dibubuhkan dan dimasukkan kedalam kuah) atas makanan-makanan lainnya”. Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim.

2)      Rasulullah saw lebih mencintai ‘Āishah ra dibandingkan istri-istri beliau lainnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Amr bin ‘Āsh, bahwa suatu ketika ia bertanya kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?” lalu beliau menjawab: “‘Āishah” kemudian ‘Amr bin ‘Āsh kembali bertanya: “Siapakah lelaki yang paling engkau cintai?” beliau menjawab: “Ayahnya (Abu Bakar).”

3)      Aisyah menerima salam dari Malaikat Jibril yang disampaikan lewat Rasulullah SAW. Dalam riwayat al-Bukhārī dan Muslim dari ‘Āishah, Rasulullah telah bersabda: “Sesungguhnya Jibril telah mengucapkan salam untukmu”, maka aku menjawab: “’Alaihis Salam”. Dalam riwayat lain, ketika Jibril mendatangi Rasulullah SAW beliau menyampaikan salam Jibril kepada ‘Āishah dan Rasul memanggilnya dengan sebutan “Yā Aisyah ini Jibril datang menyampaikan salam kepadamu.”

4)      Allah telah membersihkan nama Aisyah dari tuduhan-tuduhan dusta, langsung dari langit melalui Al-Qur’an dalam surat al-Nūr ayat 26. Ayat tersebut berbunyi: “… dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka ( yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”

5)      Pada saat-saat terakhir sebelum wafat, atas permintaan Rasulullah, beliau tinggal di kamar Aisyah, dirawat oleh Aisyah  hingga ajal menjemput. Beliau meninggal dalam pangkuan dan dekapan Aisyah. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan darinya (Aisyah), dia berkata: “Allah mewafatkan Rasulullah dimana kepala beliau berada di antara paru-paruku dan bagian atas dadaku…”

 

DAFTAR PUSTAKA

Manisī, Sāmiyah. Silsilat Nisā’ Mu’mināt, (1) Ummahāt al-Mu’minīn, Umm al- Mu’minīn ‘Āishah binti Abī Bakr ra. Kairo: Al-Majlis al-A‘lā li al-Shu’ūn al- Islāmiyyah, t.th.

Shilbī, Maḥmūd. Ḥayāt ‘Āishah Umm al-Mu’minīn ra. Beirut: Dār al-Jīl, 1998. Bintu Shāṭi’, ‘Āishah ‘Abd al-Raḥmān. Nisā’ al-Nabī SAW. Maroko: Dār al-Hilāl,1971.

Kahhālah, Umar Riḍā. A‘lām al-Nisā’ fī ‘Ālamay al-‘Arab wa al-Islām, Jilid 3.Beirut: Mu’assasat al-Risālah, t.th.

Al-Hifni, Abdul Mun’im. Mawsū‘ah Umm al-Mu’minīn ‘Āishah Binti Abī Bakr.

Kairo: Madbūlī, 2003. Al-Istanbuli, Mahmud Mahdi dan Mushtafa Abu Nashr Asy-Syilbi. Nisa’ Haula ar-Rasul (Wanita Teladan, Istri-istri, Putri-putri dan Sahabat Wanita Raslullah saw). Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005.

 

 

 

0 Response to "SAYYIDAH AISYAH R.A"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel